NASIONAL – Konsep influencer dimulai saat perang dunia II yang dicetuskan oleh menteri propaganda Adolf Hitler dan Joseph Goebbels. Setelah perang dunia II mereka beralih ke industri dan komenserisme. Influencer itu sendiri adalah kemampuan membuat perubahan atau memberi pengaruh kepada perilaku manusia.
Hal tersebut disampaikan oleh Anggota Komisi I DPR RI Hasby Anshory dari Faksi Partai Nasdem Daerah Pemilihan Jambi pada acara Seminar Merajut Nusantara yang dilaksanakan oleh DPR bekerjasama dengan BAKTI Kominfo dengan tema “Menjadi Influencer di Media Sosial” yang dilakukan secara live melalui Zoom Cloud Meeting dan live channel youtube Swara Senayan di Jakarta pada Kamis (22 /7/2021).
Bagi pengikutnya influencer seperti role model dalam kehidupannya, influencer menyasar aspek sosial dan psikologi para pengikutnya. Seorang influencer dapat memperoleh penghasilan dari kegiatan yang dilakukan sehingga banyak pihak yang mulai melirik profesi ini.
“Influencer secara tidak langsung harus sebagai ideal person dalam berbagai aspek, melihat pengaruhnya tidak heran jika di Indonesia menjadi pekerjaan yang didambakan. Karena bukan hanya pengaruh yang akan diberikan tapi dapat mendatangkan profit yang begitu besar dari hasil menjadi influencer. Dan di masa depan influencer akan semakin maju,” ungkap Hasby Anshory.
Narasumber yang kedua, yaitu Gun Gun Siswadi selaku Akademisi Universitas Esa Unggul mengatakan bahwa berkembangnya influencer saat ini disebabkan masyarakat semakin mudah dalam mengakses informasi informasi di era digital.
“Berkembangnya influencer saat ini dikarenakan masyarakat semakin mudah mengakses informasi, informasi sudah menjadi kebutuhan pokok manusia, terjadi tsunami informasi, masyarakat perlu memilih dan memilah informasi,” jelas Gun Gun Siswadi.
Internet saat ini digunakan sebagai sumber informasi, mempermudah dan mempercepat pekerjaan, menambah pergaulan melalui jejaring sosial, bisa digunakan untuk bisnis, membentuk kelompok diskusi, sebagai sumber belajar tambahan, sarana pencari informasi, sarana pemasaran, dan sebagai sarana hiburan.
Diakhir pemaparan beliau menghimbau kepada peserta webinar dan mengingatkan dengan berkembangnya dunia digital saat ini jangan sampai kita terjebak dalam berita hoax yang sengaja dibuat dengan tujuan tertentu melalui influencer.
“Adapun ciri-ciri berita hoax, diantaranya diawali dengan kata-kata sugestif dan heboh, mencatut nama atau lembaga terkenal, terdengar mustahil terjadi, tidak muncul di media masa, banyak ditulis dengan huruf kapital dan tanda seru, oleh karena itu kita harus cermat dalam bersosial media,” pesan Gun Gun Siswadi.
Narasumber berikutnya yaitu Zulqarnain, Ph.D selaku Rektor IAI Nus Batanghari menyampaikan bahwa media sosial ini akan menghasilkan influencer dan dari influencer ini akan melahirkan orang yang sukses. Perkembangan teknologi secara tidak langsung membentuk perubahan perilaku, dan dari perubahan perilaku tersebut melahirkan berbagai macam peluang yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.
“Dahulu orang-orang berkata kalau ingin sukses pergilah ke Jakarta, akan tetapi di masa seperti ini kita tidak mesti ke Jakarta untuk menjadi orang sukses, bahkan di daerah-daerah pun kita bisa menjadi sukses dengan memanfaatkan media sosial dengan segala bentuk kemudahannya,” ungkap Zulqarnain.
Di akhir pembahasannya ia juga mengingatkan para peserta bahwa untuk menjadi influencer yang terpenting adalah tentukan terlebih dahulu arah pengaruh yang kita inginkan, entah itu ke duniawi, maupun akhirat, atau keduanya.
“Yang lebih baik adalah membuat konten yang berimbang dimana dalam membuat konten pastikan jangan melupakan unsur-unsur agama, sebagai contohnya jangan membuat video atau konten yang memasarkan atau menjual produk yang haram menurut agama,” tambah Zulqarnain.
Di akhir acara, sesi pemberian closing statement dimulai dari Zulqarnain, Ph.D, beliau berharap pengaruh influencer di media sosial harus berdampak ke arah yang lebih baik.
“Media sosial memang benar melahirkan banyak influencer, oleh karena itu kita jadikan pengaruh kita itu ke arah yang lebih baik, dengan teori 100 – 1 hasilnya bukan 0 akan tetapi 100 – 1 hasilnya 99, maksudnya adalah jika terdapat keburukan dari seseorang jangan langsung menghilangkan segala kebaikannya, akan tetapi lihatlah kebaikan yang pernah dilakukan seseorang tersebut,” kata Zulqarnain.
Selanjutnya closing statement kedua disampaikan oleh Gun Gun Siswadi, beliau menyampaikan bahwa seorang influencer harus menghasilkan konten yang mendidik dan bermanfaat untuk orang banyak.
“Hal yang harus diperhatikan ketika kita menjadi influencer adalah kontennya, buat konten edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat untuk menjadi lebih produktif, dan literasinya menjadi lebih baik,” pesan Gun Gun Siswadi.
Selanjutnya closing statement ketiga sekaligus penutup kegiatan disampaikan oleh Hasby Anshory, SE., MM, beliau menyampaikan bahwa Negara dalam hal ini Pemerintah akan terus hadir untuk memberikan akses internet kepada masyarakat.
“Semua orang bisa menjadi influencer akan tetapi kita harus bisa filter mana konten yang positif dan negatif. Karena fenomena yang terjadi saat ini adalah media sosial melalui influencer mampu mengubah perilaku kehidupan masyarakat. Dan bagi masyarakat yang belum mendapatkan akses internet yang baik, Negara akan hadir dan membuat akses internet menjadi lebih baik,” pungkas Hasby Anshory. *Ndi