MAKASSAR, MK- Penulis buku dan jurnalis senior Maman Suherman menyempatkan waktu singgah dan berbagi pengalaman di Rumah Independen, AJI Makassar, Jumat 17 Maret 2017 malam. Kang Maman sapaan akrabnya hadir di Makassar untuk melaunching tiga buku terbarunya di tahun ini.
Lelaki berkepala plontos yang sudah sering wara wiri di layar kaca televisi nasional itu, berbagi pengalaman tentang kepenulisan buku. Ia mengatakan, ada dua profesi yang punya potensi menjadi penulis buku di dunia ini. “Pertama dosen dan kedua jurnalis,” katanya sambil melirik peserta diskusi yang mayoritas diisi jurnalis dan mahasiswa kejurnalistikan.
Dosen bagi Kang Maman bisa jadi penulis buku karena tugas dan kegiatannya sarat dengan literasi. “Apalagi dosen selalu dituntut agar membuat jurnal, sehingga sayang rasanya jika seorang dosen tidak bisa membuat karya dalam bentuk buku. Dosen juga dituntut agar lebih pintar dari mahasiswanya,” kata pria yang dijuluki Notulen dalam acara Indonesia Lawak Klub (ILK) tersebut.
Sementara itu jurnalis, kata bapak yang juga kriminolog ini memiliki segudang kisah. “Bayangkan saja, misal soal kriminal, ada berapa macam kejahatan yang terjadi yang kemudian bisa diadaptasi menjadi satu cerita. Jangan terkunci bahwa tulisan itu harus non fiksi, cerita nyata juga bisa diadaptasi jadi cerita fiksi,” sarannya seperti dikutip dari laman AJI Makassar.
Jurnalis adalah profesi yang mulia. Karena merekalah sejarah dicatat. “Tapi sayang, kalau jurnalis membuang semua karya tulisnya. Karena bisa jadi, sejarah yang ia tulis bisa disusun menjadi buku. Saya sudah sering menemukan hal seperti ini dan itu tidak mustahil.”
Maman banyak menceritakan bagaimana memulai jadi seorang penulis. Bagi dia jurnalis dan dosen sudah memiliki bekal itu. Utamanya jurnalis yang menguasai teknik penulisan dengan rumus 5W+1H dan cara menyunting satu karya agar enak dibaca.
Hanya saja untuk menjadi penulis kata Kang Maman, rumus baku 5W+1H tidaklah cukup. Perlu rumus baru yakni 5R. Read, Riset, Realible, Reflecting dan (w)rite. Dengan mengenal rumus ini, maka jurnalis nantinya akan menjadikan menulis sebagai kebutuhan, bukan lagi tuntutan.
Malam diskusi tentang kepenulisan itu berlangsung hikmat dengan antusias yang menggebu-gebu. Terlihat dari sejumlah pertanyaan ke Kang Maman yang bicara tentang teknik menulis. Banyak diantara peserta yang mulai sadar untuk menulis dan terpengaruh dengan hasutan Kang Maman untuk terus menulis.
AJI Makassar sendiri mengucapkan terima kasih ke Kang Maman yang sudah menyisihkan waktunya berbagi cerita di Rumah Independen. AJI berharap, kedepannya akan lahir banyak jurnalis dari Makassar yang bisa membuat karya tulis dalam bentuk buku. Baik fiksi maupun non fiksi.(aji)