Ilustrasi I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa (bertahta 1936-1946) mendengarkan pidato pengangkatan pejabat gubernur Celebes (Sulawesi, Tn. Bosselaar (awal tahun 1930-an). Foto : Koleksi Tropen Museum Belanda. |
Oleh : Ahmad Said *
Pencapaian peradaban di Sulawesi Selatan pernah berada di masa keemasan ketika masa pemerintahan Raja Gowa, I Mannuntungi Daeng Mattola Sultan Malikussaid. Beliau didampingi oleh perdana menteri I Mangngada’cinna Daeng Sitaba bergelar Karaeng Pattingalloang, Raja Tallo yang terkenal
kecendikiawanannya. Beliau menguasai beberapa bahasa Eropa dan gandrung terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Konon beliau sudah memesan peta dunia dan teleskop pada masa itu dari Eropa. Keduanya memimpin Kerajaan Gowa sebagai imperium benua maritim di timur Nusantara, negara nasional yang ketiga sesudah Sriwijaya dan Majapahit.
Tapi justru kedua nama beliau ini tidak terabadikan namanya pada institusi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Justru nama Hasanuddin yg dipakai untuk sebuah perguruan tinggi ternama di kawasan ini. Mungkin karena Perguruan Tinggi ini didirikan dalam suasana mempertahankan kemerdekaan, sehingga nama itu dipakai untuk meneruskan nilai-nilai kepahlawanan dan kejuangan.
Dalam suasana Dies Natalis Unhas sekarang ini, alangkah eloknya apabila menggali spirit yg telah dicapai pd masa kedua manusia besar ini dalam pencapaiannya di bidang pemerintahan, hukum, ketatanegaraan dan perkembangan ilmu pengetahuan ketika itu. Kedua nama ini juga semestinya diabadikan pada gedung-gedung atau insitusi yang ada dalam lingkup kampus Universitas Hasanuddin (UNHAS).
Kita mengapresiasi upaya dan kinerja jajaran UNHAS yang telah membawa lembaga ini berada pada posisi kedelapan secara Nasional. Tapi tentu kita berharap kedepannya UNHAS semestinya harus berada di posisi LIMA (5) Nasional dan diperhitungkan sebagai salahsatu yang terbaik di Asia Tenggara.
*Penulis adalah alumnus UNHAS.