Foto : ksp.go.id |
JAKARTA, MAKASSARKITA.COM– Bupati Tana Toraja dan Toraja Utara, disertai wakil bupati beserta pimpinan DPRD mengaduh Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Teten Masduki pada 7 September 2016, terkait mangkraknya pembangunan bandara baru Buntu Kunik, Mengkendek, di Kabupaten Tana Toraja.
Menurut Bupati Tana Toraja, Nico Biringkanae, rencana pembangunan bandara baru Buntu Kunik mangkrak karena tak adanya suntikan anggaran dalam dua tahun terakhir dari APBN.
Baik Bupati Tana Toraja, Nico Biringkanae dan Bupati Toraja Utara Kalatiku Paembonan menganggap penting kehadiran bandara sebagai infrastruktur pendukung pariwisata menuju Tana Toraja.
Pembangunan bandara Buntu Kunik sebenarnya dimulai sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di atas lahan seluas 250 hektar. Panjang landasan pacu (run way) yaitu sepanjang 2.500 meter dengan anggaran sebesar Rp 1,7 triliun. Proses pengerukan tanah sudah mencapai 80 persen, namun pengerjaannya terhenti karena masalah anggaran.
Menurut Nico, hanya dibutuhkan Rp 800 miliar untuk menyelesaikan proyek ini karena pemerintah daerah sudah membantu penyelesaian pembebasan lahan yang dibutuhkan.
“Persoalan bandara telah menghabiskan banyak energi. Wisata kami sulit berkembang karena waktu tempuh dari Makassar ke Tana Toraja 8 jam, artinya kami akan tetap menjadi daerah yang begitu-begitu saja,” keluh Nico seperti dikutip dari laman resmi KSP.go.id
“Kami memiliki 387 daerah tujuan wisata baru. Jumlah wisatawan pun meningkat dari 90 ribu wisatawan pada 2015 menjadi 134 ribu pengunjung di empat bulan pertama 2016 saja,” tambahnya.
Saat ini, Toraja memiliki Bandara Pongtiku di Rantepao, Toraja Utara, yang hanya bisa didarati pesawat kecil seperti Fokker. Selama ini, penerbangan pun hanya dilayani satu maskapai dan berjalan sekali sepekan. Diharapkan, pembangunan bandara besar yang mampu menerima pesawat berbadan besar seperti Boeing kian mendongkrak angka kunjungan wisata di Toraja.
Selain terkenal sebagai salah satu daerah penghasil utama kopi, Toraja memang terkenal dengan kekayaan budaya serta keindahan alam. Salah satu pesona wisata primadona yakni ‘Negeri di atas Awan’ berketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut di Kampung Lolai, Toraja Utara. Agustus lalu, Ibunda Presiden Jokowi, Sudjiatmi Notomihardjo, datang langsung dan mengagumi keindahan Puncak Lolai.
“Pak Teten persoalan bagi kami infrastruktur. Yang utama bandara dan terminal,” kata Kalatiku.
Terkait harapan warga Toraja, Teten Masduki menegaskan, pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, dan bandara merupakan prioritas pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla mengusung visi ‘Indonesia Sentris’. Apalagi Toraja sebagai daerah dengan keunikan budaya dan kaya sumber daya alam.
“Presiden konsisten membangun Indonesia dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Karena itu, pembangunan sarana dan prasarana strategis tak melulu di Jawa,” kata Teten.
Teten menjelaskan, tahun ini estimasi anggaran terlalu tinggi dari penerimaan pajak, akibatnya pemerintah harus berhemat dengan melakukan pemangkasan anggaran. KSP akan mengkomunikasikan kelanjutan pembangunan Bandara Buntu Kunik dengan Kementerian Perhubungan dan instansi terkait lainnya. Apalagi, jika anggaran pembangunan bandara baru ini bisa dipangkas di bawah Rp 1 triliun.
“Dalam kondisi ekonomi seperti ini, perekonomian kita bertumpu pada dua hal: industrialisasi dan pariwisata. Toraja mendapat perhatian khusus karena besarnya potensi pariwisatanya. Pemerintah akan membahas apa pembangunan bandara Toraja bisa dianggarkan di tahun 2017. KSP akan memantau dan membicarakan ini dengan Kementerian Perhubungan,” jelasnya. (KSP)