ZULFI SIBENTENG Jurnalis Warga di Luwu Utara Melaporkan |
KEMITRAAN bidan dan dukun harus terus didorong. Sementara kemampuan (kompetensi) bidan harus dipacu untuk mengimbangi kepercayaan sebagian masyarakat desa terhadap dukun yang melebihi bidan. Saat ini masih banyak masrakaat desa yang lebih percaya dukun beranak daripada bidan.
‘’Intevensi dukun pada proses persalinan tidak bisa langsung dihapuskan, akan tetapi butuh proses dan waktu karena ini terkait dengan budaya masyarakat kita yang masih mempercayai dukun. Kompetensi bidan harus terus ditingkatkan sehingga kepercayaan masyarakat terhadap bidan semakin tinggi,’’ jelas Fasilitator Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) FIK-Ornop Sulsel-Kinerja USAID,
Abdul Malik Shaleh pada Diskusi Regular Jurnalis Warga di Masamba, Kabupaten Luwu Utara, (20/08/2014). Kegiatan diskusi rutin ini dilaksanakan JURnaL Celebes dan Kinerja USAID.
Menurut Abdul Malik, pihaknya menemuka dua kasus kematian ibu dan anak di Kecamatan Malangke Barat, Luwu Utara. Kebetulan kasus kematian itu ditangani dukun. Ibu sang bayi meninggal karena infeksi rahim. Sementara bayinya meninggal karena rambutnya tercabut saat dikeluarkan dari rahim.
Dalam kemitraan bidan dan dukun, diatur bahwa dukun berperan sebatas memberikan informasi, pengantar, memandikan, dan mencuci darah paseien, serta mendapat insentif sebesar Rp 50 ribu setiap pasien. *