![]() |
Gubernur Sultra, Nur Alam SE, MSi |
KENDARI, CELEBES.CO- Tidak masuknya Sultra sebagai salah satu jalur transportasi kereta api trans Sulawesi dinilai banyak kalangan sebagai sebuah kegagalan diplomasi dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, mengingat nilai strategis dari pembangunan jalur kereta akan memberikan dampak besar pada perekonomian daerah. Ini adalah kegagalan diplomasi sekaligus kegagalan besar bagi pembangunan perekonomian Sultra.
Kenapa kegagalan diplomasi, sebab sultra merupakan salah satu daerah yang masuk dalam Badan Koordinasi Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS) namun Gubernur Sultra, Nur Alam sama sekali tak mampu memainkan perannya, dengan kata lain pemimpin Sultra sama sekali tak dihitung dalam percaturan ekonomi regional. Nah, dampak dari kegagalan diplomasi tentu saja berimbas pada upaya pembanguna perekonomian daerah sehingga dapat dikategorikan sebagai kegagalan pembangunan ekonomi daerah. Ini tentu sangat disayangkan banyak pihak dimana pemda Sultra tak mampu memainkan peran-peran strategis seperti ini.
“Kami sebenarnya sangat menyesalkan bahwa rencana pembangunan jalur kereta di Sultra itu batal, padahal hal itu merupakan salah satu pertimbangan yang sangat bagus yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi daerah kita,” ,”kata La Pili, Wakil Ketua DPRD Sultra.
Sejauh ini, pihaknya juga belum mengetahui secara pasti apa alasan yang mendasari pembatalan mega proyek tersebut. Namun pihaknya akan tetap berupaya untuk tetap memperjuangkan agar pembangunan jalur kereta di Sultra bisa tetap dilaksanakan.
“Kami akan coba menanyakan langsung kepada gubernur atau kementrian terkait alasan dibatalkan pembangunan jalur kereta ke Sultra, jika kita sudah mengetahui apa alasannya, maka kita bisa membenahi diri agar pembangunan jalur kereta bisa tetap dilaksanakan,” tukasnya.
Seperti diketahui, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung berharap, seluruh Pulau Sulawesi bisa terkoneksi dengan kereta api. Dengan demikian, akan terkoneksi kota-kota, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di Sulawesi, sehingga pertumbuhan ekonominya lebih tinggi, penyerapan tenaga kerjanya lebih besar, kemiskinannya berkurang, maka otomatis kesejahteraan rakyatnya bertambah.
“Pertama kali rakyat Sulawesi bisa melihat sepur. Bahasa Jawanya itu ‘kereta api’ itu ‘sepur’. Karena selama hidup warga Sulawesi itu tidak bisa melihat kereta api. Karena memang tidak ada relnya,” ucap pria yang biasa disapa CT di Makassar.
Diuraikannya, proyek KA Trans Sulawesi yang di-groundbreaking-kan merupakan upaya kerja keras yang dilakukan khususnya dari Kementerian Perhubungan. “Kita akan lakukan groundbreaking proyek pembangunan rel kereta api pertama di Pulau Sulawesi dari Makassar ke Parepare. Ini baru awal,” tuntas Chairul.
Proyek pembangunan jalur rel single track Makassar-Parepare sepanjang lebih 150 kilometer dalam proyek kereta api Trans Sulawesi yang menelan total dana Rp10 triliun secara resmi diinisiasi oleh Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo (SYL) sejak beberapa tahun terakhir.
SYL mengundang lima menteri terkait di Kabinet Indonesia Bersatu II untuk melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) di radius Pelabuhan Garongkong, Kabupaten Barru, Sulsel, hari ini, Selasa (12/8/2014).
Gubernur Sulsel itu menghendaki paling cepat per kalender 2015 pembangunan fisik proyek KA Trans Sulawesi sudah berjalan.
“Yang akan kita bicarakan antara lain bagaimana kelanjutan program-program besar yang memang menyentuh kepentingan masyarakat dan sudah direncanakan dari beberapa tahun yang lalu. Dan penundaan tidak boleh terjadi misalnya proyek yang katakanlah sudah di-groundbreaking kemudian terhenti,” papar SYL.
Di tempat yang sama, Menteri PU Djoko Kirmanto merasa optimistis proyek KA Trans Sulawesi dapat lekas dikerjakan. “Kalau masuk ke dalam Renstra (Rencana Strategis), anggaran sudah ada, dan desainnya sudah ada, akan di-groundbreaking. Kalau (proyek) yang sudah ada desainnya ya segera (dikerjakan),” tutur Djoko. (YOS/LINA/Okezone/Sultranews)