JAKARTA, CELEBES.CO- Kawalpemilu.org lahir dari anak-anak muda yang suka dengan teknologi informasi (TI). Script laman ini hanya dibuat dua hari oleh dua rekan Ainun Najib yang bekerja di Silicon Valley, San Francisco. Bandingkan dengan KPU yang sudah puluhan tahun berangan-angan memiliki sistem e-rekapitulasi, tetapi tak terlaksana.
Bagaimana dengan biaya laman dan sewa server? Ainun mengatakan, hampir tak keluar uang untuk mewujudkan embrio e-rekapitulasi ini. Server-nya pun menggunakan server berbasis cloud (komputasi awan) milik akun teman Ainun. Untuk biaya server sebenarnya masih gratis. Hanya saja, pas ada lonjakan pengunjung, billing-nya baru jalan dan itu pun baru keluar 10 sen.
Sekitar 700 relawan yang direkrut pun tidak dibayar. Mereka bekerja sukarela. Kerja script di kawalpemilu.org adalah menampilkan snippet atau potongan C1 yang tepat menampilkan perolehan suara. Dari potongan ini, relawan langsung melihat angka-angka itu kemudian memasukkan ke kolom isian yang disediakan.
Kekuatan crowdsourcing mengejutkan semua pihak karena hanya dalam hitungan hari, capaian C1 yang di-input lebih dari 96 persen. Orang-orang yang tak percaya crowdsourcing menuding apa yang dicapai Kawal Pemilu tidaklah realistis.
Mereka tak percaya para relawan bisa cepat menyelesaikan input C1 dengan kekuatan hanya 700 orang. Ada juga yang menganggap tak mungkin para relawan itu tak dibayar untuk memasukkan data. Salah satu relawan Kawal Pemilu, Stefanus Rakhmat Andrianto, tertawa mendengar cibiran itu. Editor di Wikipedia ini terbiasa dengan pekerjaan keroyokan tanpa dibayar. (Amir Sodikin/Kompas).