Jokowi bersama Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani. Foto : dok terasjakarta.com. |
JAKARTA, MK- Tak hanya Joko Widodo (Jokowi) yang disorot publik terkait pencapresannya yang dinilai tidak komitmen pada warga Jakarta. Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri pun tak lupuk dari sorotan.
Megawati dianggap melanggar perjanjian Bantu Tulis antara PDIP dan Gerindra yang ditandatangani tahun 2009. Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mempertanyakan alasan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menetapkan Joko Widodo (Jokowi) menjadi calon presiden, karena hal itu melanggar perjanjian Batu Tulis antara PDIP dan Partai Gerindra yang ditandatangani tahun 2009.
“Kalau Anda manusia, lalu ada di pihak saya, bagaimana? Ya pikirkan saja. Saya tidak mengerti apa salah saya. Saya menghormati beliau,” kata Prabowo, di Jakarta, Minggu (16/3), usai kembali dari kampanye terbuka di Sragen Jawa Tengah seperti dilansir Antara.
Dalam perjanjian atau kesepakatan Batu Tulis yang diteken oleh Prabowo Subianto sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra dan Megawati Soekarnoputri selaku ketua umum DPP PDIP, pada 16 Mei 2009, dan diberi materai Rp6.000 itu terdapat 7 poin kesepakatan.
Dalam poin ke-7 kesepakatan tersebut tertulis bahwa Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP akan mendukung Prabowo Subianto selaku Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra untuk menjadi Calon Presiden pada pemilu 2014.
Perjanjian itu, menurut Prabowo, dibuat karena kesamaan visi yang ada antara Gerindra dan PDIP menyangkut kecocokan dalam pandangan kebangsaan dan nasionalisme, sehingga muncul keinginan untuk berjuang bersama.
“Kita merasa demi kebaikan bangsa, ingin teruskan hubungan itu. Tapi, dalam dinamika politik yang terjadi, apa yang kita lihat sekarang? Bagaimana tidak serius, saya kira dua tokoh partai besar kalau buat perjanjian masa nggak serius?” katanya.
Prabowo yang pada Pilpres 2009 menjadi calon wakil presiden mendampingi calon presiden Megawati Soekarnoputri, mengatakan bahwa jika PDIP tak ingin lagi berkomitmen pada perjanjian itu, seharusnya diselesaikan dengan cara bertatap muka.
“Saya tadinya berharap diberitahu. Namanya perjanjian, kalau tidak cocok ya bisa saja,” ujarnya.
Meski kecewa, Prabowo tetap ingin menjalin dan membangun komunikasi yang baik dengan Megawati untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang bersatu.
“Saya ingin semua kekuatan kebangsaan, nasionalis, religius dan Indonesia bersatu. Itu yang Saya inginkan. Saya menghormati Bu Mega. Saya tidak mengerti ada dinamika apa,” demikian Prabowo.
Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan dari pihak Megawati Soekarnoputri terkait pernyataan Prabowo itu.
Seperti diberitakan sebelumnnya, pada tanggal 14 Maret 2014 lalu, Joko Widodo akhirnya menyatakan kesiapannya menjadi calon presiden (Capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), setelah Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri mengeluarkan surat perintah harian yang isinya mendukung Jokowi sebagai capres. (Ant/Wan)