Muzayyin lewat surat elektronik, 1 Mei 2013 menyatakan rasa bahagia karena Senin, 28 April 2013 lalu ia dan beberapa warga Indonesia sudah melakukan grand opening secara resmi restauran yang menyajikan Coto Makassar itu.
Restauran tersebut dinamai LONTARA, Coto Makassar and Culinary. Nama yang diambil dari nama huruf Suku Bugis dan Makassar digunakan untuk mengenalkan tradisi Bugis-Makassar di dunia internasional.
Muzayyin mengaku ide untuk membuka warung Coto Makassar agar makanan khas itu bisa sejajar dengan makanan asal thailand, singapura, dan Malaysia yang sudah ada di Australia. Selain itu bisa mengobati kerinduan masyarakat Indonesia, khususnya warga Australia asal Sulsel pada makanan tradisional yang menjadi kesukaan para raja di Sulsel dahulu.
Warga Indonesia yang bermukin di Sydney sekitar 4000 orang. Kebanyakan adalah para mahasiswa yang sedang menyelesaikan studi dan tenaga kerja Indonesia.
Saat pembukaan restauran LONTARA, sebagian warga Indonesia yang ada di Sidney datang menikmati Coto Makassar. Tak hanya itu, warga Australia juga menikmati tradisi Sulsel tersebut. “Warga Australia dan Indonesia sangat antusias menunggu untuk menikmati Coto Makassar,” jelasnya.
Upaya membawa Coto Makassar terkenal ke dunia internasional, Muzayyin menjalin kerja sama dengan Sitt Fatimah, Muh Hartawan dan Daeng Malewa. Mereka adalah warga asal Sulsel yang kini sudah menetap di Sidney, Australia.
Obsesi Alumni Pesantren Darul Istiqamah, Maccopa Maros tersebut menjadikan Coto Makassar go internasional cukup beralasan. Pasalnya, makanan yang tergabung dari daging dan rempah-rempah itu bisa menjadi etalase Bugis-Makassar di dunia internasional. ” Coto Makassar bisa terkenal seperti tom yam dari thailand, laksa dari singapore dan nasi lemak asal malaysia,” ungkapnya.
Banyak warga Sidney yang datang mencicipi Coto Makassar. Salah satunya yang bernama Adam Matthew, warga Sidney mengaku merasa puas dengan sajian Coto Makassar tersebut.
“Seratus persen masakan ini beda, sangat berasa,” ujarnya.
Pada kesempatan itu pula tokoh muslim Australia sekaligus sesepuh masyarakat Indonesia di Sydney, DR Amin Hadi hadir pada kegiatan itu. Amin Hadi sebagai Religious Adviser and Halal Auditor dari The Australian Federation of Islamic Councils Inc. Juga Chairman pada Indonesian Community Council of New South Wales dan Australian Advisory Committee untuk Prime Minister of Australian on Islamic Affairs mengatakan Sudah lama ia memotivasi pendatang dari indonesia untuk membuka bisnis, khususnya rumah makan dan tidak selamanya menjadi pekerja. ” Karena kita punya modal besar sebagai bangsa yang kaya akan ragam budaya, tapi tidak banyak yang melakukannya,” paparnya.
Upaya pembina Sekolah Putri Darul Istiqamah, Maccopa Maros tersebut membawa tradisi Sulsel ke dunia internasional juga dipengaruhi semangat entrepreneur anak muda. Di usia muda yang masih 31 th Muzayyin bisa menjadi contoh anak muda yang punya keberanian mengelola bisnis hingga ke luar negeri.(Muhtar Muis /celebesonline.com)