Ilustrasi secangkir kopi. Foto : Marwan Azis/Makassarkini.com |
SAPAAN hangat khas Makassar, Apa Kareba! sahut menyahut terdengar dari mulut pengunjung warung kopi sederhana yang terletak di Jalan Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat. Sebagian besar pengunjung memang pria setengah baya asli Makassar yang sengaja “singgah” sembari menyeruput kehangatan kopi pekat khas Toraja di warung Kopi Phoenam.
Phoe nam dalam bahasa Makasar memang berarti “tempat persinggahan”. Warung kopi tersebut pertama kali didirikan di Makassar tahun 1946 dan di bawa ke Jakarta tahun 1997 hingga kemudian menebarkan aroma kopi Toraja di kawasan Menteng tahun 2003. Sehingga tak heran jika asap rokok yang mengepul serta percakapan berbahasa Makasar menjadi suasana kental di warung kopi tersebut.
Sang pemilik Albert Liongadi, 60, atau yang biasa disapa Ko Afu mengatakan warung kopi di tempat asalnya memang biasa dijadikan tempat persinggahan melepas penat serta berkumpul. “Memang banyak komunitas Makassar yang datang, biasanya sambil cerita-cerita kenangan di Makasar, melepas rindu istilahnya. Tapi makin ke sini, tidak cuma orang Makassar saja,” tuturnya beberapa waktu lalu.
Kopi hitam Toraja tersebut memang pantas menjadi magnet pengunjung. Sensasi busa di permukaan kopinya memberikan kenikmatan tersendiri. Penyeduhan kopi memang masih menggunakan teknik tradisional dengan memakai semacam kantung hingga menghasilkan kopi pekat berbusa. Tak sembarang orang bisa menyeduh kopi Phoenam, melainkan harus dilatih dulu langsung di Makassar. “Kita tidak pakai mesin pembuat kopi. Ada pelatihannya sendiri buat kopi di Makassar,” papar Ko Afu.
Tak hanya itu Ko Afu menggiling sendiri biji kopi arabica dan robusta yang didatangkan langsung dari Toraja dan Sumatera. Setelahnya, sebagian kopi pun dimasak untuk dijadikan air kopi. Air kopi panas itulah yang dijadikan penyeduh bubuk kopi. “Jadi tidak pakai air (putih) mendidih, airnya juga air kopi jadinya makin pekat,” jelas Ko Afu.
Jika takut tingkat keasamannya tak ramah di lambung, pengunjung boleh meminta mengencerkan kopi hitamnya. “Kalau yang ada penyakit maag, kita bisa turunkan kadar kopinya jadi 25% dan air (putih) panasnya 75%,” imbuhnya.
Selain kopi hitam, warung ini juga menyediakan beragam kopi mulai dari kopi susu hingga kopi 5 lapis yakni kopi, susu, madu dan telur. Seduhan kopi di sore hari sepertinya akan semakin lengkap jika ditemani camilan khas Makassar. Di Phoenam juga menyediakan pisang bakar dengan selai Sarikaya, Coto Makassar dan nasi goreng merah. (MI/Vini Mariyane Rosya/Eno)