MAKASSAR, MK-Beberapa bulan terakhir, Kota Makassar dilanda kemacetan lalulintas di mana-mana.
Warga yang kerap tersiksa di jalan raya kemudian mengolok-olok semboyan ”Makassar Kota Dunia” yang dicanangkan Pemerintah Kota Makassar di bawah kepemimpinan Walikota Ilham Arief Sirajuddin.
Kini kemacetan Makassar tampaknya belum bisa diurai, bahkan makin meluas bukan hanya di jalan-jalan utama.
Pada jam-jam sibuk mulai pagi hingga menjelang siang, hampir semua jalan-jalan utama di Makassar dilanda kemacetan lalulintas. Cobalah melewati sepanjang jalan Perintis Kemerdekaan ke Jl. Urip Sumoharjo, mulai jam 08:00 hingga jam 10:00 pagi, maka sebagian waktu akan habis tersita di jalan ini.
Kendaraan pribadi berupa mobil dan sepeda motor saling bergumul dengan mikrolet yang tidak jarang mengabaikan aturan lalulintas. Belum lagi truk-truk besar mengangkut barang, peti kemas serta bahan-bahan bangunan yang turut berebutan setiap ruas-ruas jalan. Apalagi di jalan ini merupakan satu-satunya jalan ke Bandar Udara Sultan Hasaanuddin, selain altternatif jalan tol.
Jika anda dari luar kota kemudian masuk ke Makassar melalui batas Kabupaten Maros, jika masih bisa, hindarilah untuk melewati jalan ini pada petang hari. Sebab, hampir setiap hari, kendaraan dari daerah masuk ke Kota Makassar akan terperangkap macet kadang hingga berjam-jam di batas Kota Makassar dan Maros.
Namun, sudah pasti tidak bisa menghindar, karena tidak ada jalan alternatif sebelum masuk ke jalan tol.
Situasi seperti ini juga sering terjadi pada pagi hari.
Kemacetan total juga kini hampir setiap hari melanda wilayah Panakkukang. Setiap petang hingga malam, lalulintas di Jalan Toddopuli, Jl. Borong, Jl. Pengayoman, Jl. Boulevard, Jl. Tamalate, Jl. Hertasning disesaki kendaraan.
Di Jl. Toddopuli Raya dan Jl. Borong, arus lalulintas harus terhenti total hampir setiap petang, karena menumpuknya kendaraan. Kemacetan di wilayah Panakkukang ini disebabkan tidak adanya jalan alternatif bagi kendaraan dari wilayah Timur Kota Makassar.
Pengendara yang alih-alih menghindari kemacetan di Jl.Urip Sumoharjo, justru akhirnya ”tumpah” ke Jl. Abdullah Daeng Sirua, Jl. Batu Raya, Jl. Borong menuju ke Panakkukang, yang kemudian membuat macet jalan-jalan di wilayah Panakkukang.
Bukan hanya di wilayah itu, di selatan Kota Makassar, jubelan kendaraan yang menyerbu dari arah Kabupaten Gowa, juga menciptakan kemacetan di sepanjang Jl. Sultan Alauddin. Kemacetan total sering terjaddi di Jl. Sultan Alauddin jika bertepatan dengan demo mahasiswa di depan kampus Universitas Muhammadiyah Makassar dan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin.
Kemacetan total juga terjadi hampir setiap petang di Jl. Andi Pangeran Pettarani. Barisan dan tumpukan kendaraan berhenti dan merayap pelan di jalan Pettarani lajur timur yang merupakan lalulintas utama menuju ke selatan dan timur Kota Makassar.
Di wilayah Panakkukang, tumpukan antrean kendaraan juga terjadi karena pengaturan traffic light yang tidak berimbang antara lampu hijau dan lampu merah. Di beberapa persimpangan jalan, lampu merah menyalah lebih lama dari lampu hijau membuat pengendara yang tidak sabar, sering menerobos jalan sebelum pergantian lampu merah ke hijau.
Pemerintah Kota Makassar tampaknya belum punya solusi mengurai kemacetan di Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan ini. Tampaknya perbandingan rasio jumlah kendaraan berbanding terbalik dengan keterbatasan volume jalan raya.
Namun, Pemerintah Kota Makassar belum berbuat apa-apa, misalnya membatasi kendaraan raksana berupa truk-truk pengangkut barang dan material bangunan, untuk leluasa masuk ke kota pada siang hari terutama jam-jam sibuk. Atau menciptakan jalur-jalur alternatif yang terhubung dengan jalur-jalur padat. (Mustam Arif)