Laut merupakan salah satu sumber protein nabati. Di dalam laut terdapat terumbu karang yang tak ternilai harganya dan tempat bertelurnya ikan-ikan dan hewan laut lainnya. Tapi, apa jadinya jika rumah-rumah hewan laut itu dirusak, hanya untuk mendapatkan ikan yang berlimpah.
Di Sulawesi Selatan, terdapat tiga kawasan terumbu karang yang menjadi andalan pengembang biakan biota laut. Namun, seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan hasil laut seperti ikan, meningkat pula kerusakan terumbu karang. Dari data Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel seperti dikutip laman palingindonesia.com terungkap, tingkat kerusakan kawasan terumbu karang mencapai 55%. Kerusakan terparah di tiga daerah yaitu Kepulauan Spermonde di Selat Makassar, Taka Bonerate di Kabupaten Selayar, dan Pulau Sembilan di Kabupaten Sinjai.
Kerusakan tersebut akibat pola penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan demi melipatgandakan hasil, misalnya penggunaan bom dan potasium oleh nelayan tradisional menjadi penyebab terbesar kerusakan terumbu karang.
Selain menjadi tempat berkembangbiaknya hewan-hewan laut, terumbu karang yang luasnya mencapai 5.970 km2 juga merupakan taman laut yang selama ini dimanfaatkan sebagai ekowisata. Terutama di kawasan Taka Bonerate yang keindahannya masuk kategori tiga dunia dan banyak menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Dari data Direktorat Polair Polda Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) sejak 2008 hingga Mei 2009 sudah menangani 19 kasus penyalahgunaan bahan peledak, penangkapan ikan dengan potasium sianida, kebanyakan mereka telah melakukannya bertahun-tahun.
Hasil yang berlipat-lipat jika menggunakan bahan peledak ataupun potasium lebih menggoda ketimbang menangkap ikan dengan memancing ataupun jaring, membuat pelaku tetap melakukannya, umumnya mereka menggunakan kapal-kapal motor dengan kerja berkelompok.
Penangkapan ikan dengan cara ilegal karena menggunakan peralatan yang tidak memenuhi ketentuan, seperti kompressor, peralatan menyelam, potasium sianida, pupuk amonium nitrate. Botol yang nantinya diisi dengan bahan peledak, detonator lengkap dengan sumbunya. Satu buah botol bahan peledak diperkirakan memiliki daya ledak radius 7-10 meter. Jika ingin hasil yang banyak, diledakkan di sekitar karang yang merupakan tempat berlindungan ikan-ikan mulai dari yang kecil hingga ikan dewasa.
Jika kebiasaan ini terus menerus dilakukan akan membuat terumbu karang rusak dan lama kelamaan akan habis. Kerusakan ini akan diiringi dengan berkurangnya biota laut termasuk ikan yang merupakan bahan konsumsi kita sehari-hari sebagai protein nabati.
Untuk itu, Dinas Kelautan dan Perikanan terus berupaya mengurangi kerusakan terumbu karang dengan program penguatan kelembagaan masyarakat. Di antaranya, pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian. Kegiatan untuk 2010 bertujuan meningkatkan kualitas pengelolaan sumber daya di wilayah terumbu karang.(Mukmin)