Satu pohon, satu pendaki”adalah satu dari sekian himbauan menarik yang diposting penggiat group facebook Kedaipetualang.com,sebuah komunitas social media yang menghimpun berbagai pendaki dan penggiat petualangan.
Aktivitas pendakian gunung dan petualangan alam terbuka merupakan kegiatan positif, yang banyak digeluti oleh organisasi pencinta alam maupun penggiat alam independen lainnya.
Mendaki gunung membuat kita semakin dekat dengan alam, menyadari kebesaran Tuhan, melatih fisik dan mental serta memperkuat persahabatan dan rasa solidaritas antar sesama.
Namun mungkin akan jauh lebih berarti, bila kita memberikan kontribusi bagi pelestarian lingkungan dan hutan Nusantara. Alam liar, hutan dan puncak gunung merupakan rumah bagi penggiat alam terbuka termasuk para pendaki gunung.
Sayangnya kini hutan dan lereng – lereng gunung di Indonesia banyak digunduli dan terbakar api, akibatnya hutan kita tak lagi hijau. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Caranya mudah saja, satu pohon, satu pendaki.
Cobalah hal baik itu kita mulai terapkan dan tradisikan setiap kali kita mendaki gunung, tak kebayang, ada berapa banyak pohon yang akan ditanam, apabila dalam rombongan pendaki misalnya 10 orang pendaki, minimal ada 10 pohon untuk di tanam di lereng gunung setiap kali mendaki. Apabila setiap gunung dalam hitungan satu hari saja, ada lebih dari 100 pendaki? bayangkan saja berapa pohon yang akan tertanam? dan berapa luas hutan bisa dihijaukan kembali setiap kali ada aktivitas pendakian?
Mulailah dari diri sendiri, lalu sebarkan virus kebaikan ini ke komunitas, entah itu Kelompok Pencinta Alam (KPA) atau Mahasiswa Pencinta Alam (MAPALA) yang banyak tersebar di berbagai kampus di Indonesia. Dengan membiasakan aktivitas menanam pohon setiap kali mendaki, tentu aktivitas petualangan kita di lereng-lereng gunung akan jauh lebih bermakna.
Satu pohon memberi seribu makna bagi kelestarian lingkungan dan keberlanjutan kehidupan, tak heran kalau jauh sebelum isu pelestarian lingkungan digaungkan oleh para aktivis lingkungan, Nabi Muhammad SAW, jauh-jauh hari telah berpesan: “Apabila esok kiamat terjadi, sementara di tanganmu ada bibit kurma, maka jika mampu menanamnya sebelum kiamat terjadi, tanamlah!” (H.R. Ahmad).
Bila kita melihat dari perspektif keduniaan, kita akan bertanya untuk apa menanam pada ketika segala sesuatu sudah tidak berguna lagi (kiamat). Bila kita menanam sementara esoknya kiamat, pasti kita tak kan dapat menuainya. Oleh karena itu,dibalik pernyataan hadits tersebut terdapat makna bahwa menanam biji yang ikhlas karena Allah swt. pasti akan menuai pahalanya di akhirat kelak.
Marilah merawat bumi yang kita tempati ini dengan melakukan hal kecil nah sederhana, namun memberi banyak manfaat, satu pohon, satu pendaki untuk bumi yang lebih baik. (Marwan Azis).